NAMA
: KAMARULLAH
NIM
: 1312 00 06
JURUSAN
: EKONOMI AKUNTANSI
UNIVERSITAS
ABULYATAMA
PENGAKUAN & PELAPORAN ATAS TRANSAKSI MATA UANG
ASING
Alur Akuntansi Atas Transaksi Mata Uang Asing
Pada dasarnya, alur akuntansi atas transaksi bermata
uang asing adalah sebagai berikut :
Pada saat terjadinya transaksi pertama kalinya,
nilai transaksi diakui atau dicatat sebesar nilai fakturnya (invoice)
Pada setiap pelaporan, transaksi tersebut di
translasikan dengan mengkonversikan nilai transaksi tersebut ke dalam mata uang
fungsionalnya (Rupiah) sesuai dengan metode konversi yang dipergunakan, pada
saat ini akan diakui KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS, yang dalam bahasa
inggrisnya disebut Currency Gain/Lost.
Pada saat pembayaran (pelunasan) atas transaksi
tersebut (baik itu berupa transaksi atas aktiva maupun kewajiban), nilai
transaksi bermata uang asing tersebut akan disetarakan lagi dengan
mengkonversikannya menjadi mata uang fungsional (Rupiah). Proses konversi ini
akan mengakibatkan adanya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS (Currency
Gain/Lost).
Contoh :
Tanggal 31 Januari, sebuah perusahaan di Indonesia
membeli barang dagangan dari Amerika dengan nilai invoice USD 1,000.00, Tutup
buku fiskal pada tanggal 20 Maret, dan pembayaran akan jatuh tempo pada tanggal
30 April, dan
Sementara itu situasi nilai tukar pada saat itu
digambarkan sebagai berikut :
28 Pebruari, 1 USD = Rp 9,000,-
20 Maret, 1 USD = Rp 9,100,-
30 April, 1 USD = Rp 9,200,-
Atas Transaksi diatas, dapat dicatat dengan jurnal
entry :
Pada tanggal pembelian (28 Pebruari) :
[Debit] : Pembelian = Rp 9,000,000,-
[Kredit] : Hutang Dagang = Rp 9,000,000,-
Pada saat tutup buku fiskal (20 Maret) :
Nilai tukar telah berubah, rupiah terdepriasi
sebesar Rp 100,- / 1 USD, sehingga perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 100
x 1000 = Rp 100,000. Ini diakui sebagai kerugian kurs, dan disesuaikan dengan
jurnal :
[Debit] : Kerugian (Selisih) Kurs = Rp 100,000,-
[Credit] : Hutang Dagang = Rp 100,000,-
Sedangkan pada saat hutang jatuh tempo :
Rupiah terdepresiasi Rp 200,-/1 USD dibandingkan
saat pembelian dilakukan, Jurnal atas pelunasan hutang ini menjadi :
[Debit] : Hutang Dagang = Rp 9,000,000,-
[Debit] : Kerugian (selisih) Kurs = Rp 200,000,-
[Credit] : Kas = Rp 9,200,000,-
Saat Pengakuan Keuntungan atau Kerugian Kurs
Dari contoh di atas, jika diperhatikan baik-baik,
maka jelaslah KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS DIAKUI PADA PERIODE
DIMANA KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN TERJADI. Dalam contoh di atas kerugian kurs
diakui :
Pada Laporan Fiskal, kerugian kurs diakui sebesar Rp
100,000 saja yaitu pada tanggal penutupan buku fiskal (20 Maret).
Pada Laporan Komersial, kerugian kurs diakui sebesar
Rp 200,000 pada saat pelunasan (pembayaran) dilakukan (30 April)
Author’s Note :
Di akhir
tahun buku, secara konsep sesungguhnya perusahaan
memiliki 3
(tiga) pilihan :
1).
Mengabaikan fluktuasi nilai tukar (akan tetapi, pilihan ini adalah pilihan
berbahaya)
2).
Melakukan penyesuaian (membuat adjustment) atas nilai pembelian, yang biasa
disebut PENDEKATAN SATU TRANSAKSI (akan tetapi tindakan ini, akan membuat laporan
menjadi tidak mencerminkan kejadian ekonomi yang sesungguhnya).
3). Atas
perubahan nilai tukar mata uang fungsional (Rupiah) kepada mata uang asing,
disamping mengkui adanya utang, juga diakui adanya keuntungan atau kerugian
(selisih) kurs, yang biasa disebut sebagai PENDEKATAN DUA TRANSAKSI. (Pilihan
inilah yang paling relevan).
Pelaporan Keuntungan Kurugian (Selisih Kurs)
Dimanakah keuntungan atau kerugian (Selisih Kurs) di
kelompokkan ?.
Karena dalam hal ini, keuntungan atau kerugian kurs terjadi
akibat adanya fluktuasi nilai tukar mata uang fungsional (Rupiah) terhadap mata
uang asing (dalam contoh di atas adalah USD), dimana atas keuntungan atau
kerugian kurs tersebut mempengaruhi arus kas masuk atau keluar, maka :
KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS di
kelompokkan ke dalam PENDAPATAN LAIN-LAIN (OTHER REVENUE)
KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (Selisih) KURS menjadi
ELEMEN PENAMBAH/PENGURANG atas PENDAPATAN BRUTTO, yang akan menghasilkan
PENDAPATAN NETTO.
Hubungannya dengan Harga Pokok Penjualan (Cost Of
Good Sold) ?
Hati-hati,
bedakan TRANSAKSI dengan TRANSLASI :
TRANSAKSI
: Kejadian ekonomi yang sungguh-sungguh MEMPENGARUHI ARUS KAS.
TRANSLASI
: Hanyalah PERUBAHAN PENGAKUAN NILAI atas ASSET maupun LIABILITIES, akibat
adanya KONVERSI NILAI.
Kabar
gembira bagi yang ingin mendalami lebih lanjut mengenai FOREIGN CURRENCY
ACCOUNTING, segara akan hadir artikel : TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG
ASING, mengenai bagaimana mentranslate (saya pakai istilah MENGKONVERSIKAN)
laporan keuangan ber mata uang asing. Untuk semua elemen laporan keuangan yang
perlu disoroti, mulai dari penjualan, pembelian, COGS sampai dengan perolehan aktiva
tetap dan retained earning. Akan diposting secara bertahap. Dimulai dengan :
TRANSLASI HARGA POKOK PENJUALAN (COGS) [-baca-] setelah BONUS : HEDGING dibawah
BONUS : HEDGING (Antisipasi Terhadap Fluktuasi Kurs)
Jika diartikan secara harfiah, HEDGE = Pagar /
Tameng
Dalam Financial, HEDGING diartikan sebagai tindakan
untuk memindahkan resiko akibat dari fluktuasi kurs (atau suku bunga, atau
harga).
Jika saja HEDGING benar-benar berfungsi secara
efektif, maka seharusnya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN KURS tidak akan terjadi, dan
tidak perlu dipusingkan oleh pengakuan (pencatatan) maupun disclosure-nya.
Adapun Hedging yang direkomendasikan untuk mengatasi
fluktuasi kurs adalah INSTRUMEN KEUANGAN DERIVATIVE, yaitu Kontrak Pertukaran
yang Dimajukan (FORWARD EXCHANGE CONTRACT).
Teknisnya, institusi keuangan setuju untuk
menetapkan suatu nilai tukar mata uang yang disepakati untuk dimasa depan yang
telah disepakati pula.
Contoh : Bank Devisa (dimana rekening perusahaan)
menyetujui perusahaan untuk hedging nilai Tukar Rupiah terhadap USD adalah Rp
9000,- sampai dengan tanggal 30 April, Jika saja pada contoh kasus pembelian
barang dagangan diatas perusahaan melakukan hedging, maka kerugian kurs sebesar
Rp 200,000 tersebut tidak akan terjadi. Pengakuan currency gain lost pun tidak
perlu terjadi.
Author’s Note :
Disatu
sisi HEDGING akan meminimalisasi atau bahkan mengeliminasi kemungkinan
terjadinya kerugian kurs, di sisi lainnya, perusahaan juga kehilangan
kesempatan untuk memperoleh KEUNTUNGAN KURS. Jika Fluktuasi nilai tukar
benar-benar menjadi masalah bagi perusahaan, lakukanlah HEDGING, Jika :
IMPORTER :
nilai tukar uang fungsional (Rupiah) cenderung melemah, LAKUKANLAH HEDGING,
jika sebaliknya, maka jangan lakukan.
EXPORTER :
nilai tukar uang fungsional (Rupiah) cenderung menguat, LAKUKANLAH HEDGING,
Jika sebaliknya, jangan lakukan.